“Sudah waktunya Bangka benar-benar maju, dan itu hanya bisa terjadi jika masyarakat memilih pemimpin yang kompeten, berintegritas, dan memiliki visi yang jelas, jangan hanya melihat isi TAS saja”
KABUPATEN BANGKA sebagai kabupaten tertua di Provinsi Bangka Belitung, seharusnya menjadi pionir dalam pembangunan daerah. Namun, realitas yang ada justru sebaliknya.
Defisit anggaran semakin membebani, sebagaimana disampaikan dalam Rapat Paripurna Pengesahan Raperda APBD Tahun Anggaran 2025.
Defisit APBD Pemkab Bangka tahun 2025 mencapai Rp 7.991.154.215 miliar (sumber).
Selain itu, jumlah tenaga honorer yang terus bertambah tanpa solusi yang jelas juga menjadi masalah besar. Jumlah honorer di Pemkab Bangka mencapai 4.493 orang, bahkan melebihi jumlah PNS, sehingga APBD murni tidak cukup untuk belanja pegawai (sumber). Ini menandakan bahwa pengelolaan anggaran dan sumber daya manusia dalam birokrasi daerah belum berjalan optimal.
Permasalahan mendasar lainnya, seperti stagnasi pertumbuhan ekonomi, minimnya inovasi kebijakan, dan ketergantungan terhadap sektor pertambangan, semakin menunjukkan bahwa Bangka tidak bisa lagi dipimpin oleh sosok yang hanya sekadar populer atau memiliki pengalaman legislatif semata.
Bangka membutuhkan figur yang visioner, memiliki kemampuan manajerial yang kuat, serta berani membuat terobosan besar demi perubahan nyata.
Pemilihan Ulang: Kesempatan Menentukan Arah Masa Depan Bangka
Pemilihan ulang yang akan dilaksanakan pada 27 Agustus 2025 bukan hanya sekadar ajang demokrasi lima tahunan, tetapi sebuah pertaruhan besar bagi masa depan Bangka.
Fenomena kemenangan kotak kosong pada Pilkada sebelumnya (27 November 2024) menjadi tamparan keras bagi para elite politik. Ini adalah bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap para kandidat yang ada.
Masyarakat sudah jenuh dengan janji-janji manis yang hanya berujung pada kebijakan yang tidak berdampak nyata. Jangan sampai sejarah terulang kembali, di mana masyarakat memilih “tidak memilih” sebagai bentuk protes terhadap calon yang dianggap tidak meyakinkan.
Sayangnya, menjelang pemilihan ulang ini, banyak bakal calon bupati yang masih menggunakan pola lama: menebar baliho di pinggir jalan, bersafari ke masjid-masjid selama Ramadan, dan melakukan berbagai kegiatan pencitraan.
Mereka berlomba-lomba “menjual diri” di hadapan masyarakat, tetapi apakah mereka benar-benar memiliki solusi konkret untuk Bangka? Ataukah ini hanya sekadar lips service belaka?
Bangka Butuh Pemimpin dengan Kapasitas, Bukan Sekadar Elektabilitas
Bangka tidak membutuhkan pemimpin yang hanya populer atau sekadar memiliki pengalaman di legislatif. Kepemimpinan daerah bukan hanya soal bagaimana memenangkan pemilu, tetapi bagaimana mengelola pemerintahan dengan efektif dan efisien.
Seorang pemimpin harus memiliki:
Visi dan strategi konkret dalam pengelolaan anggaran, termasuk keberanian mengambil keputusan sulit untuk menekan defisit dan mengoptimalkan belanja daerah.
Keberanian melakukan reformasi birokrasi agar lebih professional dan tidak hanya menjadi alat politik kekuasaan.
Kebijakan ekonomi yang tidak hanya bergantung pada sektor pertambangan, tetapi juga mengembangkan sektor lain seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata berbasis industri.
Kemampuan menarik investasi tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat, serta mendorong kemitraan antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Masyarakat Harus Cerdas dalam Memilih
Pemilihan ulang pada 27 Agustus 2025 adalah kesempatan emas untuk memperbaiki kesalahan masa lalu. Jangan sampai Bangka kembali dipimpin oleh sosok yang hanya mementingkan elektabilitas tanpa kapasitas.
Masyarakat harus lebih selektif dalam memilih pemimpin. Jangan mudah terbuai dengan politik pencitraan, janji kosong, atau aksi simbolis yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Bangka butuh pemimpin dengan gagasan besar, eksekusi nyata, dan keberanian untuk membawa perubahan.
Sudah waktunya Bangka benar-benar maju, dan itu hanya bisa terjadi jika masyarakat memilih pemimpin yang kompeten, berintegritas, dan memiliki visi yang jelas, jangan hanya melihat isi TAS saja. (*)