Rebut Kembali Pulau 7, HNSI Dukung Gubernur Babel Gugat Kemendagri

Rebut Kembali Pulau 7, HNSI Dukung Gubernur Babel Gugat Kemendagri

FORKODABABEL.COM, BANGKA — Himpunan Nelayan Seluruh indonesia (HNSI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mendukung rencana Gubernur Babel Dr (HC) Hidayat Arsani untuk menggugat kembali SK Mendagri mengenai kepemilikan Pulau 7 yang sebelumnya milik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Namun saat ini dimiliki Provinsi Kepulauan Riau saat pembentukan Kabupaten Lingga.

“Kami berharap Gubernur Babel saat ini untuk melakukan gerakan merebut kembali Pulau 7 ke bumi Bangka Belitung.
Jangankan Pulau 7, Pulau Toti atau Pulau Dua sudah masuk wilayah koordinat administratif pemerintahan Kepulauan Riau, ini jelas sebuah pencaplokan wilayah teritorial Kepulauan Babel, sehingga wilayah laut kita jadi mengecil,” kata Ketua DPD HNSI Kepulauan Bangka Belitung, Ridwan, Senin (23/06/2025) di Sungailiat.

Menurutnya secara sosial ekonomi, masyarakat Pulau 7 aktifitasnya banyak ke Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka dan Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka barat, serta penduduk Pulau 7 dulunya hampir semua warga asal Bangka Belitung.

“Kami dulu pernah melakukan tabulasi data terkait Pulau 7 melalui organisasi Blue and Green (BnG) Community.

“Dan semua data terkait masalah Pulau 7 kami serahkan ke Pemprov Kepulauan Bangka Belitung, tapi saat kurang direspon,” imbuhnya.

Diungkapkannya awal mula polemik, dimulai tahun 2000 di mana kepemilikan Pulau Tujuh mencuat sejak dilakukannya pemekaran Kepulauan Bangka Belitung menjadi provinsi sendiri pada Tahun 2000.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2000, Pulau Tujuh masuk wilayah Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kemudian pada pemekaran Kepulauan Riau melalui Undang-Undang No. 31 Tahun 2003, di mana Pulau Tujuh juga tercatat masuk Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.

“Dalam buku berjudul Kampoeng di Bangka, disebutkan jika Pulau Tujuh yang berada di Utara Bangka, sejak lama menjadi jalur pelayaran strategis Nusantara,” ungkapnya.

Rute dagang itu dirintis sejak masa Kerajaan Sunda pada abad ke-16, kemudian berganti dengan pengaruh Kesultanan Banten hingga akhirnya Kesultanan Palembang.

(Forkodababel.com/ Edw, Foto: IST)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *